Teori
Konstruktivisme
A.
Latar Belakang
Surat Al-Alaq 1-5
Teori belajar konstruktivisme mulai
berkembang pada abad 19. Teori tersebut merupakan suatu teori yang lebih
mementingkan proses dari pada hasil. Proses pembelajaran tidak hanya melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, tetapi lebih banyak melibatkan proses
berfikir.
Menurut teori ini ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetapi melalui proses yang
berkesinambungan dan menyeluruh.
Melalui proses yang bermakna maka
seorang anak akan tumbuh menjadi seorang individu yang lebih sempurna. Sama
juga dalam hal belajar, penanaman proses lebih penting bila dibandingkan dengan
penekanan hasil. Dengan proses yang bermakna maka akan dapat menghasilkan
keluaran yang baik.
Diantara para penemu belajar konstruktivisme
yaitu Piaget. Beliau adalah seorang psikolog developmental karena penelitiannya
mengenai tahap-tahap perkembangan serta perubahan umum yang mempengaruhi
kemampuan belajar individu.
Proses berfikir merupakan aktivitas
gradual fungsi intelektual dari konkret ke abstrak. Selain hal tersebut Piaget
juga menyelidiki masalah mengenai adaptasi manusia serta perkembangan
intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk
di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai teori-teori dari Piaget yang dapat diterapkan
dalam pendidikan.
B.
Tujuan
1. Dapat
menjelaskan teori konstruktivisme.
2. Dapat
menunjukan peranan teori konstruktivisme dalam pendidikan.
3. Dapat
membangun situasi belajar yang sesuai dengan teori konstruktivisme.
C.
Teori
a. Pengertian
Konstruktivisme
Berdasarkan penelitian tentang
anak-anak memperoleh pengetahuan, Piaget menyimpulkan bahwa pengetahuan itu
dibangundalam pikiran anak. Penelitian inilah yang menyebabkan ia dikenal
sebagai konstruktivis pertama. Menurut Piaget, semua pengetahuan adalah suatu
konstruksi (bentukan) dari kegiatan atau tindakan seseorang. Pengetahuan
bukanlah sesuatu yang ada diluar tetapi ada didalam diri seseorang yang
membentuknya. Pengetahuan selalu memerlukan pengalaman. Dengan kata lain
pengetahuan tidak dapat diteruskan dalam bentuk yang sudah jadi.setiap
seseorang harus membangun sendiri (mengkonstruksi) pengetahuan-pengetahuannya.
Menurut Brunner (1960),
konstruktivisme merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau
konsep yang berasaskan kepada pengetahuan asal mereka. Siswa memilih dan
menginterpretasikan pengetahuan baru, membina hipotesis dan membuat keputusan
yang melibatkan pemikiran mental(stuktur kognitif) memberikan makna dan
pembentukan pengalaman. Pembinaan pengalaman demi pengalaman inilah yang
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
b. Nama
Tokoh dan Pokok-Pokok Teorinya
1.
JEAN PIAGET
http://blogdamartabellini2.blogspot.com
Biodata
JEAN
PIAGET (1896-1980)
·
Lahir di Neuchâtel, Switzerland,
pada 9 agustus 1896.
·
Bapanya, Arthur Piaget, seorang profesor
dalam kesusateraan zaman pertengahan dan mempunyai minat yang mendalam tentang
sejarah.
·
Ibunya, Rebecca Jackson, seorang yang
sangat pandai
·
Jean Piaget merupakan anak sulung dalam
keluarga dan bakatnya mula dilihat ketika beumur 10 tahun.
·
Merupakan ahli psikologi switzerland
yang terkenal
·
Meninggal pada tahun 1980.
Piaget merupakan salah seorang tokoh
yang terkenal dengan teori perkembangan kognitif dan bagaimana manusia membina
pengetahuan. Menurut Piaget, keupayaan mengurus maklumat dan pengetahuan
berlaku secara berperingkat. Proses
membina pengetahuan juga berlaku mengikut peringkat yang bermula dengan
pengetahuan sedia ada dalam struktur kognitif. struktur asas dalam organiasasi
mental ini dinamakan skema. Justeru, pengetahuan sedia ada yang yang menjadi
asas tingkah laku ialah skema.
Pengetahuan dibina apabila maklumat
baru diserap masuk atau disesuaikan dalam struktur kognitif melalui proses
adaptasi. Proses adaptasi merujuk kepada proses menyesuaikan
dan menerima maklumat baru dalam struktur kognitif untuk mendapatkan keseimbangan
antara skema dengan persekitaran. Ini dinamakan EQUILIBRASI.
PROSES-PROSES
ADAPTASI
Terdapat
dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
1.Asimilasi
Merupakan satu proses dimana apabila
maklumat baharu tidak mempunyai ciri-ciri persamaan dengan maklumat sedia ada
dalam skema, maklumat tersebut akan dapat diserapdengan mudah ke dalam struktur
kognitif. Ini menyebabkan keseimbangan (equilibrasi) berlaku.
2.Akomodasi
Merupakan satu proses dimana apabila
maklumat baharu tidak mempunyai ciri-ciri persamaan dengan maklumat dalam
skema, akan berlaku ganggu-gugat atau ketidakseimbangan dalam struktur
kognitif. Proses ini dinamakan disequilibrasi.Kedua
proses asimilasi dan akomodasi terjadi sepanjang hayat individu dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungan. Dengan proses adaptasi yang semakin
komlpeks, skema ini akan menjadi lebih kompleks. Skema yang semakin kompleks
ini akan membentuk struktur kognitif. Struktur kognitif akan melalui proses
organisasi secara hierarki dan dari susunan umum ke khusus.
Singkatnya, melalui proses adaptasi, yaitu asimilasi dan akomodasi, informasi
dalam struktur kognitif selalu diorganisasi dengan baik untuk disimpan dan
digunakan jika diperlukan. Melalui proses inilah, konstruksi pengetahuan selalu
dibuat sepanjang hayat individu.
2. VYGOTSKY
Biodata
•
Lahir pada 1896 di Belarusia, Rusia
•
Vygotsky banyak terlibat dalalm mengkaji perkembangan kognitif di Institute of
Psychology di Moskow.
•
Merupakan psikolog Rusia yang terkenal.
•
Meninggal pada 1934.
Teori perkembangan kognitif Vygotsy
merupakan dasar teori ini. Menurut Vygotsky, perkembangan konsep anak
berkembang sistematis, logika dan rasional dengan bantuan dan bimbingan orang
lain. Jadi teori konstruktivisme sosial ini berperan utama dalam pembelajaran
dalam konteks sosio-budaya.
Dalam konteks sosial, individu
berbagi dan saling membangun pengetahuan baru. keterlibatan dengan orang lain
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi dan meningkatkan pengetahuan
diri.
Pandangan
Konstruktivisme Sosial
1. Pelajar memiliki keunikan karena berbeda latar
belakangnya.
2. Latar belakang,
pengalaman, interaksi dan budaya masyarakat sangat mempengaruhi pembelajaran individu.
3. Pelajar bertanggung jawab terhadap konstruksi
pengetahuan sendiri.
4. Pengalaman sukses dan keyakinan diri
mempengaruhi motivasi untuk belajar.
5. Guru sebagai fasilitator.
6. Pembelajaran terjadi dalam situasi sosial dan
akif.
7. Kolaborasi antara
guru, siswa dan bahan pengajaran penting dalam pembelajaran.
8. Pembelajaran
berbasis konteks penting dalam memfasilitasi siswa.
Zona Perkembangan Terdekat
ZPD mengacu pada tugas
pembelajaran yang sulit dilakukan sendiri oleh siswa, tetapi dapat menguasainya
debgan bimbingan orang lain yang lebih mahir.Sekiranya siswa dapat melakukannya
sendiri, isi pelajaran tersebut berada di zona bawah. Sebaliknya jika siswa
dapat menguasai tugas dengam bimbingan orang lain, tugas tersebut berada dalam
ZPD.
Menurut teori Vygotsky, Zona
Perkembangan Proksimal merupakan pembagian antara perkembangan nyata dan
perkembangan potensi, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
ZON
PERKEMBANGAN TERDEKAT
Pada pandangan yang lain, Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak
berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum
matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky membedakan antara
perkembangan nyata dan perkembangan potensi pada anak. Perkembangan sebenarnya
ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang
dewasa atau guru. Sedangkan perkembangan potensi membedakan apakah seorang anak
dapat melakukan sesuatu, menyelesaikankan masalah dengan bantuan orang dewasa
atau kerjasama dengan teman sebaya.
3.
Analisis
Teori
Von Glasersfeld mengatakan bahwa
konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu
dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut para penganut konstruktif,
pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berfikir. Seseorang tidak
akan menyerap pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru,
peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang disampaikan
guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui
berintekrasi sosial dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.
Konsep teori belajar konstruktivisme
mempunyai interpretasi perwujudan yang beragam. Belajar merupakan proses aktif
untuk megkonstruksi pengetahuan dan bukan proses menerima pengetahuan. Proses
pembelajaran yang terjadi lebih dimaksudkan untuk membantu atau mendukung
proses belajar, bukan sekedar untuk menyampaikan pengetahuan.
Dalam wawasan ini, sebenarnya
siswalah yang mempunyai peranan penting dalam belajar, sedangkan guru secara
fleksibel menempatkan diri sebagaimana diperlukan oleh siswa dalam proses
memahami dunianya. Pada suatu saat guru memberi contoh, atau model bagi
siswanya, dan pada saat yang lain guru membangunkan rasa ingin tahu dan
keinginan anak untuk mempelajari sesuatu yang baru. Pada saat tertentu guru
membiarkan anak mengeksplorasi dan bereksperimen sendiri dengan lingkungannya,
guru cukup memberi semangat dan arahan saja.
Latihan membuat RPP
berdasarkan Teori Konstruktivisme
Nama
: Ilah
Susilah
Tempat tanggal lahir : Kuningan,25 Oktober 1995
Umur : 19 Tahun
Status : Mahasiswi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan : Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam
Prodi : Pendidikan Fisika
Semester : Dua (II)
IdentitasSiswa
Nama : Ahmad
Zulfiqri
Tempat tanggal lahir : Tanggerang,30 juli 2001
Umur : 13 tahun
TinggiBadan : 138 cm
BeratBadan : 33 kg
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SatuanPendidikan :
MTs Al-Amar
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : VIII/ 2
MateriPokok : Usaha danEnergi
Alokasiwaktu : 2 x 40 menit
Kelas/Semester : VIII/ 2
MateriPokok : Usaha danEnergi
Alokasiwaktu : 2 x 40 menit
A.
KOMPETENSI
INTI
Memahami
peranan usaha,gaya,dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
B.
KOMPETENSI
DASAR
Mengidentifikasi
jenis gaya dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya.
C.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
·
Perkembangan
Psikomotorik
1. Siswa mampu menghubungkan antara
usaha dengan gaya. (P1)
Alasan:
Keterampilan psikomotorik
berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan
perubahan fisiologi. Pada masa ini, laki-laki mengalami perkembangan
psikomotorik yang lebih pesat dibanding perempuan. Kemampuan psikomotorik laki
laki cenderung terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan.
Secara umum, perkembangan psikomotorik pada perempuan terhenti setelah
mengalami menstruasi. Oleh karena itu, kemampuan psikomotorik laki-laki lebih
tinggi dari pada perempuan. Kata menghubungkan
merupakan tingkat penguasaan keterampilan yang termasuk dalam kategori Mempersepsikan (P1),yaitu
keterampilan menggunakan berbagai isyarat sensor untuk melakukan aktivitas
motorik seperti keterampilan menerjemahkan isyarat indra.(Bloom,1956)
2. Siswa mampu menanggapi perubahan
yang ditimbulkan oleh gaya.(P2)
Alasan:
Menurut
Simpson(1972),domain psikomotorik menyangkut keterampilan gerakan dan kordinasi
secara fisik dalam menggunakan keterampilan fisik.
Kata
menanggapi merupakan tingkat
penguasaan keterampilan yang termasuk dalam kategori Kesiapan (P2),yaitu keterampilan untuk meningkatkan
kesiapan fisik,mental, dan emosional untuk melakukan suatu tindakan.
3.
Siswa mampu memperlihatkan adanya
hubungan antara energi dan usaha. (P3)
Alasan:
Loree (1970) menyatakan “aspek
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, aspek
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya”.
Simpson (1956)
menyatakan bahwa “Hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu”.
Kesimpulannya yang dapat ambil
adalah aspek psikomotorik adalah kelanjutan dari kognitif (memahami sesuatu)
dan afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku).
Remaja adalah individu yang terentang pada periode
perkembangan
sejak berakhirnya masa anak sampai datangnya awal masa
dewasa. Masa remaja berlangsung sekitar 11/12 tahun s.d 18/20 tahun.
Usia
13 tahun sudah memasuki masa remaja awal yang ditandai dengan:
Laju perkembangan sangat cepat
Proporsi ukuran tinggi dan berat
badan sering kurang seimbang
Munculnya ciri-ciri skunder(tumbuh
bulu pada pubic region,dsb)
Aktif dalam berbagai jenis
permainan/aktivitas.
Kata memperlihatkan termasuk dalam Kategori
gerakan terbimbing yang salah satu kemampuan internalnya yaitu meniru contoh
yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.
·
Perkembangan Kognitif
4.
Siswa mampu memberi contoh tentang
usaha dan gaya. (C2)
Alasan:
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam
pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris,
2006). Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif ke dalam empat periode,
yaitu:
Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)
Tahap praoperasional (usia 2-7
tahun)
Tahap operasional konkrit (usia
7-11tahun)
Tahap operasional formal (usia 11
tahun sampai dewasa)
Pada
tahap ini remaja mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan
dengan objek atau saat peristiwanya berlangsung sehingga dapat memecahkan
permasalahan yang sifatnya verbal.
Menurut Bloom (1956) domain kognitif diantaranya yaitu Pemahaman
(comprehension).
Memberikan contoh tentang adalah salah satu kata-kata kerja operasional yang terdapat dalam
kategori pemahaman yang mengacu
kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas
pengetahuan dan merupakan salah satu tingkat berfikir yang paling rendah.
5.
Siswa mampu menemukan usaha yang
dilakukan oleh sebuah gaya pada
suatu benda. (C3)
Alasan:
Piaget membagi tahapan perkembangan
kognitif,salah satu tahapannya adalah Tahap operasional formal (usia 11tahun
sampai dewasa). Pada tahap ini diperoleh kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia.
Bloom (1956) menyatakan aspek
kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan
memecahkan masalah.
Menurut Bloom (1956) domain kognitif terbagi atas 6 bagian
yaitu :
1.
Pengetahuan (knowledge)
2.
Pemahaman (comprehension)
3.
Penerapan (application)
Menemukan adalah salah satu kata-kata kerja
operasional yang terdapat dalam kategori penerapan. Pada tahap ini mengacu
kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada
situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
4.
Analisa (analysis)
5.
Sintesa
6.
Evaluasi (evaluation)
·
Perkembangan Afektif
6.
Siswa mampu menanggapi fenomena yang
berkaitan dengan usaha dan energi. (A2)
Alasan:
Menurut Bloom (1956) aspek afektif
dibagi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, diantaranya yaitu Menanggapi atau partisipasi (A2)
Menanggapi mengandung
arti “adanya partisipasi aktif”.
Jadi kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya. Jenjang ini lebih
tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih
jauh atau menggali lebih dalam
lagi.
7.
Siswa mampu menyatakan pendapat
mengenai gaya, usaha, dan energi. (A3)
Alasan:
Menurut Bloom
(1956) aspek afektif dibagi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang,
yaitu:
1.
Penerimaan
2. Menanggapi atau partisipasi
3. Penilaian atau penentuan sikap.
Kata
menyatakan pendapat adalah salah satu kata kerja operasional yang terdapat
pada kategori penilaian atau penentuan sikap. Artinya
memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga
apabila kegiatan itu tidak dikerjakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada
receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta
didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena.
4. Pengaturan atau pengorganisasian
5. Pembentukan pola
·
Perkembangan Nilai,Moral,dan Sikap
8. Siswa mampu mengaspirasikan
pengetahuannya yang berhubungan usaha dan energi dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada
masa usia 11-13 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk tentang norma-norma
aturan serta nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya menjadi bertambah dan
juga menjadi fleksibel,tidak sekaku saat di usia anak-anak awal.
Mereka
mulai memahami bahwa penilaian baik buruk atau aturan-aturan dapat diubah
tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi
mereka juga makin beragam.
·
Perkembangan Konsep diri dan Emosi
9 9.
Siswa mampu mengkomunikasikan antara
usaha dan energi dengan lingkungan sosial.
Ø Fungsi
emosi pada anak
Fungsi
dan peranan emosi pada perkembangan anak yang dimaksud adalah:
a. Merupakan
bentuk komunikasi.
b. Emosi berperan dalam mempengaruhi
kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
c. Emosi dapat
mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
d. Tingkah laku yang sama dan
ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
e. Ketegangan emosi yang di miliki anak
dapat menghambat aktivitas motorik dan mental anak (Resa, 2010).
·
Perkembangan
Kreativitas
1 10. Siswa mampu
menciptakan sesuatu yang berhubungan dengan usaha dan energi.
Perkembangan
kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena
kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar
kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak
(Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut
fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left
hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri mengarah
kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan otak belahan
kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking).
D.
METODE
PEMBELAJARAN
Menurut teori
belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental
membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil
yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal
di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat
kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12)
mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak
dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di
atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam
proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui
lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa
seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada
apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu
materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi
terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan
tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar
konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya
dengan pembelajaran, yaitu
(1)
siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka
miliki,
(2)
pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,
(3)
strategi siswa lebih bernilai, dan
(4)
siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan
ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya
mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan
beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:
(1)
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa
sendiri,
(2)
memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga
menjadi lebih kreatif dan imajinatif,
(3)
memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,
(4)
memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
(5)
mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan
(6)
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Selain itu Slavin
menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori kontruktivisme adalah top-down
processing( siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk
dipecahkan, kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan, cooperative
learning(strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih
mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi dan generative learning(strategi
yang menekankan pada integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang
baru diperoleh dengan schemata
Tiga dalil pokok Piaget
dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan
kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988:
133) mengemukakan;
1.
Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu
terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan
tersebut dan dengan urutan yang sama,
2.
Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi
mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan
penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan
3. Gerak melalui tahap-tahap tersebut
dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang
menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur
kognitif yang timbul (akomodasi).
·
Mengatasi lupa dan jenuh dalam
belajar
Kiat
terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa. Banyak ragam kiat yang banyak dicoba siswa dalam mengingat daya
ingatannya. Antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson
(1990), adalah sebagai berikut:
a. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya
upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi tertentu.
Overleaning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa
melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara diluar kebiasaan.
b. Ekstra
study time
Ekstra study time (tambahan waktu
belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajaran atau penambahan
frekunsi aktifitas belajar.
c.
Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang
sering juga disebut mne-monic itu berarti kiat khusus yang dijadikan ‘’alat
pengait’’ mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal
siswa. Muslihat mnemonik ini banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol
adalah sebagaimana terurai di bawah ini.
1) Rima
Adalah sajak yang dibuat sedemikian
rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa. Sajak
ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga dapat
dinyanyikan.
2) Singkatan
Yakni terdiri atas huruf-huruf awal
nama atau istilah yang harus diingat siswa. Pembuatan singkatan-singkatan
dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.
3) Sistem kata pasak (Peg Word System)
Yakni sejenis dengan teknik mnemorik
yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak
(paku) pengait memori baru.
4) Metode Losai (Method of Loci)
Yaitu kiat mnemonik yang menggunakan
tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kata dan
istilah-istilah tertentu yang harus diingat siswa.
5) Sistem kata kunci (Key Word System)
Kiat mnemorik yang satu ini relatif
tergolong baru dibanding dengan kiat0kiat mnemorik lainnya. Mnemorik ini di
kembangkan oleh Raugh dan Atkinson (Barlow, 1985). Sistem kata kunci biasanya
direkayasa sevara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing, dan konon
cukup efektif untuk pengajaran bahasa asing.
Dalam belajar, selain siswa sering mengalami kelupaan, ia
sering juga mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam psikologi
lazim disebut learning plateau atau plateau saja. Peristiwa jenuh ini kalau
dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar)
dapat membuat siswa tersebut merasa telah membubadzirkan usahanya. Sehingga
siswa yang dalam keadaan jenuh tidak akan bisa menerima pelajaran dengan
maksimal.Kiat-kiat
yang dapat dilakukan antara lain:
1. Melakukan istirahat dan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Pengubahan atau pembuatan jadwal
kembali jam-jam dari hari-hari yang lebih dianggap memungkinkan sisawa belajar
lebih giat.
3. Mengubah atau menata kembali
lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi mea tulis, lemari, rak
buku, alat-alat perlengkapan belajar, yang membuat siswa merasa ada dalam
suasana baru yang lebih nyaman
4. Memberikan motivasi dan
stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat daripada
sebelumnya.
5. Siswa harus berbuat nyata
(tidak menyerah atau tinggal diam) dengan memcoba belajar dan belajar lagi.
6. Menciptakan lingkungan Sekolah
yang kondusif
7. Mengembangkan Resilensi
Peserta Didik.
E.
EVALUASI
Menurut
suharsumi arikunto (1986:3), evaluasi meliputidua bagian yaitu mengukur dan
menilai. Dalam mengevaluasi kegiatan belajar atau hasil belajar siswa,
hendaknya guru memerhatikan aspek-aspek psikologi siswa. Seperti intelegensi (kecerdasan),
kemampuan, minat, bakat, kreativitas, dan nilai moral serta sikap yang sangat
mempengaruhi hasi belajar siswa.
·
Multiple
Intelligensi
Pada dasarnya
bahwa kesulitan belajar anak didik bukan disebabkan oleh rendahnya inteligensi.
Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang mempunyai inteligensi
yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang diharapkan.
Kesulitan
belajar yang dirasakan oleh anak didik ialah terdiri dari bermacam-macam
faktor,faktor-faktor tersebut ialah
1) Faktor
Internal,meliputi:
a. Bersifat
kognitif, antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi
anak didik.
b. Bersifat efektif, antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap.
c.Bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya
alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan
telinga).
2) Faktor
Eksternal,meliputi:
a. Lingkungan
keluarga, contohnya; ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan
ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan
perkampungan/masyarakat, contoh; wilayah perkampungan kumuh (slum
area) dan teman sepermainan (peer gruop) yang nakal.
c. Lingkingan
sekolah, contohnya; kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti
dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
REFERENSI
Desmita. 2010. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ella
Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi Teori dan Aplikasi, (Bandung:
Pakar Raya, 2004)
Sabri, M. Alisuf. 1996. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,(Jakarta:Rineka
Cipta,2002)
Uno, Hamzah B. 2008. Psikologi
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Suparno,
Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1997)
Jonanssen, D.H., (1990). Objectivism
Versus Constructivism: Do We Need New Philosophical Paradigm? ERT
& D, Vol. 29, No. 3, pp. 5-14.
Perkins, D.N., (1991). What
Constructivism Demands of The Learner. EducationTechnology. Vol. 33, No. 9,
pp. 19-21