- Pengertian Psikologi pendidikan
Psikologi berasal
dari bahasa Yunani “psyche” yang artinya
jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu
pengetahuan. Jadi, secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya, atau disebut dengan ilmu jiwa. Namun menurut
gerungan (1991), ilmu jiwa berbedadengan psikologi dalam dua hal, yaitu:
1. Ilmu jiwa
adalah istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang dikenal dan digunakan secara
luas, sedang psikologi merupakan istilah scientific.
2. Ilmu jiwa
mengandung arti yang lebih luas dari psikologi. Ilmu jiwa meliputi semua
pemikiran, pengetahuan, tanggapan, juga hayalan dan spekulasi tentang jiwa,
sedang psikologi hanya meliputi ilmu pengetahuan jiwa yang berdasarkan pada
kaidah-kaidah ilmiah.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat
membedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya
tergantung pada hidup jasmani dan
menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di timbulkan oleh proses
belajar. Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang
menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi
(personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan pribadi
ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan
jasmani, rohaniah, sosial dan lingkungan. Proses belajar ialah proses
untuk meningkatkan kepribadian (personality) dengan jalan berusaha mendapatkan
pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat
berbuat yang lebih sukses, dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam
hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan dan
kecakapan-kecakapan[1][1].
Pendidikan dari kata “didik”,
lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. dalam memelihara
dan memberi akhlak dan kecerdasan pikiran[2][2]. Selanjutnya, “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah peroses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan[3][3].
Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang
menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan
menurut ensiklopedia Amerika, psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran
yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan
cara untuk meningkatkan efisiensi di dalam pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan
adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih
menekankan pada maslah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun
mental, yang sangat erat hubungannya dalam masalah pendidikan terutama yang
mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar[4][4].
Barlow (1985) mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai sebuah
pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian
sumber-sumber untuk membantu dalam pelaksanaan tugas seorang guru dalam proses
belajar mengajar secara lebih efektif5[[5]].
B. Ruang Lingkup Psikologi
Pendidikan
Pada dasarnya Ilmu psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin
psikologi yang khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku
manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu, meliputi tingkah laku
belajar, tingkah laku mengajar, dan tingkah laku belajar mengajar (oleh guru
dan siswa yang saling berinteraksi).
Inti persoalan psikologis dalam psikologi pendidikan tanpa
mengabaikan persoalan psikologi guru, terletak pada siswa. Pendidikan pada
hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Karena itu,
ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi
pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya
ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan dalam proses belajar-mengajar.
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan
psikologi pendidikan menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Pokok
bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori prinsip- prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa, dan lain sebagainya.
2.
Pokok
bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan
dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.
Pokok
bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan
lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan
dengan kegiatan belajar siswa.
Sedangkan samuel smith mengemukakan pendapatnya mengenai
pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan terbagi menjadi 16 macam, yaitu:
1.
Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan (the science of educational
psychology).
2.
Hereditas
atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3.
Lingkungan
yang bersifat fisik (physical structure).
4.
Perkembangan
siswa (growth).
5.
Proses-proses
tingkah laku (behavior process).
6.
Hakikat
dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning).
8.
Hukum-hukum
dan teori-teori belajar (laws and theoris of learning).
9.
Pengukuran,
yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi
(measurement: basic principles and definitions).
10.
Transfer
belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters).
11.
Sudut-sudut
pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of
measurement).
12.
Ilmu
statistik dasar (element of statistics).
13.
Kesehatan
rohani (mental hygiene).
14.
Pendidikan
membentuk watak (character educations).
15.
Pengetahuan
psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary
school subjects).
16.
Pengetahuan
psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school
subjects).
Keenam belas pokok bahasan diatas, konon telah dikupas oleh hampir
semua ahli yang telah diselediki smith, walaupun porsi (jumlah bagian/jatah)
yang diberikan dalam pengupasan tersebut tidak sama. Karena psikologi pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya
pada penemuan dan penerapan prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi kedalam
pendidikan, maka ruang lingkup psikologi pendidikan mencakup topik-topik
psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan[6][6].
Dari rangkaian pokok-pokok bahasan diatas, tampak sangat jelas
bahwa masalah belajar (learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital,
(inti dan amat penting) dalam psikologi pendidikan. Dari seluruh proses
pendidikan kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini
bermakna bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak terpulang
kepada proses belajar siswa baik ketika ia berada di dalam kelas maupun diluar
kelas.
Selanjutnya, walupun masalah belajar merupakan pokok bahasan
sentral dan vital, tidak berarti masalah-masalah lain tidak perlu dibahas oleh
psikologi pendidikan. Masalah mengajar (teaching) dan proses belajar mengajar
(teaching-learning process) seperti telah penyusun tekankan sebelum ini, juga
dibicarakan dengan porsi yang cukup besar dan luas dalam psikologi pendidikan.
Betapa pentingnya masalah proses belajar mengajar tersebut, terbukti dengan
banyaknya penelitian yang dilakukan dan buku-buku psikologi pendidikan yang
secara khusus membahas masalah interaksi instruksional (hubungan bersifat
pengajaran antara guru dan siswa[7][7].
Secara terbatas, menurut Barlow (1985), ruang lingkup psikologi
pendidikan meliputi:
1. Contex of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan mengajar dan belajar).
2. Process of teaching and learning (proses atau tahapan-tahapan dalam belajar dan mengajar)
3. Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai
oleh proses mengajar dan belajar)[8][8].
C. Metode Penelitian dalam
Psikologi Pendidikan
Metode
merupakan cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh menuju ketujuan
tertentu. Maka metode psikologi pendidikan adalah cara yang digunakan atau
jalan yang ditempuh untuk sampai pada tujuan psikologi pendidikan, yaitu
mendapatkan asas-asas, pokok-pokok, atau prinsip-prinsip tentang tingkah laku
anak didik dalam situasi pendidikan dan yang dapat membantu pendidikan. Dalam
hal-hal tertentu dan dalam batas-batas tertentu, metode ini juga dapat
dipergunakan oleh para pendidik atau para guru dalam memahami dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan.
Pada
dasarnya metode itu meliputi usaha pengumpulan data, pengolahan dana
penyimpulannya. Berikut ini dibahas beberapa metode yang lazim dipergunakan
dalam psikologi pendidikan, dengan titik berat pada metode pengumpulan data.
a.
Metode
Observasi
Metode
observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap tingkah laku anak didik dalam situasi yang wajar, dilaksanakan dengan
berencana, kontinyu dan sistematik, serta diikuti dengan upaya mencatat atau
merekam secara lengkap. Dengan sifat wajar, berarti bahwa anak didik itu dalam
keadaan tidak dibuat-buat dan tidak mengetahui anak didik itu sedang di
observasi. Berencana berarti bahwa sebelum observasi dilaksanakan harus ada
persiapan yang matang tentang aspek-aspek tingkah laku yang akan di observasi.
Dengan kontinyu berarti bahwa dalam melaksanakan observasi harus bersambungan
antara periode yang satu dengan periode yang lain. Dengan sistematik berarti
bahwa aspek-aspek yang di observasi itu harus tersusun secar teratur, sehingga
tidak sekedar tumpukan catatan tentang tingkah laku. Dengan upaya mencatat atau
merekam tentu dengan mudah kita fahami karena jika hanya mengamati tanpa
mencatat atau merekam, maka hasilnya mudah dilupakan. Dewasa ini dengan
kemajuan teknologi, observasi itu semakin maju. Akan tetapi, penggunaan teknik
observasi sangat bergantung pada situasi dimana observasi dilakukan. Untuk itu,
ada tiga teknik observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan
tertentu, yaitu: (a) observasi partisipan, (b) observasi sistematik, dan (c)
observasi eksperimental (Hadi,2000)
b. Metode Experimen dan Tes
Dengan
metode experiment dengan sengaja diciptakan situasi buatan. Dalam pendidikan,
dan pada situasi itu ditempatkan subjek penelitian tertentu. Kepada subjek di
sampaikan perangsang-perangsang tentu untuk mendapatkan reaksi atau response
tertentu. Kemudian response itu di analisis untuk mendapatkan kesimpulan
tertentu. Pada lazimnya digunakan dua kemlompok subjek, yaitu kelompok experien
dan kelompok control. Mirip metode experiment adalah metode tes. Metode test
dilakukan dengan memberikan tugas yang dilakukan oleh subjek, baik tugas
tertulis maupun tugas lisan. Perbedaannya dengan experiment,
Perbedaan
metode experiment dengan metode test
Metode eksperimen
|
Metode test
|
Eksperimen akan memperoleh prinsip umum yang berkenan
dengan seluruh subjek, atau akan diperoleh suatu genelralisasi
|
Tes akan memperoleh perbedaan sifat-sifat individual
setiap subjek,
|
Pada eksperiment dapat digunakan tes sebagai alat,
|
Pada tes digunakan item-item atau pola untuk dilakukan
oleh para subjek, tidak mungkin test menggunakan experiment.
|
Ada beberapa macam test
misalnya test intelegensi, test sikap, test situasi, test kecepatan reaksi, dan
test hasil belajar dan sebagainya.
c.
Metode
Kuesioner dan Interview
Kuesioner sering disebut juga
angket. Berupa daftar yang memuat sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada
subjek untuk dikerjakan (dijawab). Jawaban-jawaban itu kemudian dianalisis dan
disimpulkan. Pada umumnya jawaban itu sudah tersedia, sehingga subjek tinggal
memilih jawaban yang tepat untuk setiap item. Ditinjau dari segi penjawab,
dapat dibedakan atas dua macam, yaitu langsung (direct) dan tak langsung
(indirect). Disebut langsung jika yang harus menjawab adalah subjek itu
sendiri, dan disebut tak langsung jika yang menjawab harus menjawab adalah
orang yang mengetahui hal-ikhwalnya subjek itu.
d. Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang
sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan
objektif yang terbuka untuk dikritik, dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan
mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
e.
Metode
Diferensial
Digunakan untuk meneliti
perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan
berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket, dsb) serta menggunakan
statistik untuk menganalisis.
f.
Metode
Klinis
Digunakan untuk mengumpulkan
data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku
menyimpang.
Metode penelitian dalam psikologi pendidikan pada dasarnya tidak
jauh berbeda dengan metode penelitian yang digunakan dalm cabnag-cabang
psikologi lainnya. Metode yang pertama-tama digunakan dalam psikologi adalah
spekulasi (Walgito, 1997). Namun dengan berdirinya psikologi sebagai sebuah
ilmu yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman empiris, maka saat ini metode
yang digunakan dalam penelitian-penelitian psikologi sudah cukup banyak dan
beragam. Secara garis besar, metode penelitian yang biasa digunakan dalam
psikologi khususnya psikologi pendidikan adalah:
1. Metode Longitudinal
Yaitu metode penelitian
yang dilakukan dengan mengumpulkan data tentang subjek yang sama secara
berulang-ulang dalam rentang waktu yang panjang. Dengan demikian, metode ini
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai suatu hasil penelitian. Hal
ini karena metode ini dilakukan hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan
mungkin tahun demi tahun, dengan menyelidiki semua urutan kejadian. Metode
penelitian ini biasa digunakan untuk mempelajari perkembangan manusia.
Misalnya, perkembangan kemampuan belajar manusia dapat dipelajari dengan
menggunakan metode ini. Hasil pengamatan dicatat hari demi hari, bulan demi
bulan, dan tahun demi tahun. Hasil tersebut dikumpulkan dan diolah kemudian
ditarik kesimpulan. Karenanya, penelitian yang menggunakan metode ini
membutuhkan waktu yang lama, kesabaran, serta ketekunan.
2. Metode Cross-sectional
Yaitu metode penelitian
yang dilakukan dengan mengumpulkan data pada suatu titik waktu dari sampel yang
terdiri dari satu atau lebih kelompok yang dibandingkan variabelnya. Dengan
demikian, metode ini merupakan kebalikan dari metode longitudinal, karena tidak
membutuhkan waktu yang terlalu lama. Misalnya, meneliti perbedaan gaya belajar
mahasiswa jurusan ilmu-ilmu sosial dengan mahasiswa jurusan ilmu-ilmu eksak,
dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat dengan cara mengumpulkan data
tentang gaya belajar mereka dalam waktu yang bersamaan, kemudian hasilnya
dibandingkan dan ditarik kesimpulan[9][9].
[1][1] Agus
Sujanto, Psikologi Umum, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm.1
[2][2] Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1991. H. 232.
[3][3] Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003), hlm. 7.
[4][4] Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 9
[6][6] M. Dalyono,
Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. VI, hlm. 12-15
[7][7] Ibid, hlm. 16
[8]
[8] Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo persada, 2014), hlm 23.
[9]
[9] Nyayu Khodijah. Psikologi Pendidikan.
(Jakarta: Raja Grafindo persada, 2014), hlm 26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar